Empati

Thursday, 31 May 2012
Apa yang kamu rasakan saat ada orang yang seenaknya sendiri?
Kesal? Jengkel? Marah?
Bahkan sampai saking marahnya, kamu tidak bisa berkata-kata?

Sering aku kesal dengan para perokok yang dengan seenak udelnya merokok di dalam gerbong kereta pengap yang membawaku berangkat atau pulang kerja.
Pengen aku marah dan berteriak kepada mereka "Hoi, kalo mo bunuh diri, jangan ajak-ajak orang lain dong!!" atau "Heh udah tau kereta penuh, ga ada udara, masih aja ngrokok! Ga lihat apa ada larang merokok di dalam kereta!" kali lain pengen aku ngomel "oke, merokok memang hak kalian, tapi kami lebih berhak untuk menghirup udara segar dan sehat. Lebih banyak yang tidak merokok di banding kalian!!" Tapi sayangnya aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak cukup berani untuk itu. Aku takut membuat mereka marah.
Makanya aku sangat senang kalau ada pemuda yang sadar untuk langsung mematikan apinya saatku mengibaskan tangan tanda aku terganggu dengan asap mereka.



Kali lain aku melihat ada seorang ibu hamil yang meminta duduk kepada seorang ibu, namun ibu tersebut tidak mau memberikan tempat duduknya dengan alasan bahwa tempat duduk yang diminta bukanlah tempat duduk prioritas. Bahkan ibu itu menyuruh ibu hamil tersebut untuk meminta tempat duduk ke bangku prioritas. Kemudian kulihat ibu hamil itu berjalan ke bangku prioritas, namun sepertinya dia segan untuk meminta tempat duduk, kemungkinan karena takut ditolak lagi. Hampir semenit berlalu, aku melihat tidak seorang pun yang duduk dibangku prioritas mau merelakan tempat duduknya ke ibu tersebut. Gemas aku rasanya. Bukankah bangku prioritas itu untuk Ibu hami, orang tua, orang cacat, dan ibu dengan balita??? harusnya orang yang duduk disana tau dong konsekuensinya...

Saat ku mau berdiri untuk memberikan tempat dudukku yang agak jauh (lho ternyata aku duduk juga, kemana aja dari tadi ga ngasih tempat duduk  :) ) ternyata ada mbak-mbak dibangku prioritas yang akhirnya berdiri dan memberikan tempat duduknya ke ibu itu.

Apa pelajaran yang kudapat?? agaknya banyak masyarakat yang sudah kehilangan rasa empati dan peduli.

foto dari sini


Apa sih empati itu? menurut kamus bahasa indonesia online, empati adalah keadaan mental yg membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dl keadaan perasaan atau pikiran yg sama dng orang atau kelompok lain.

Dengan berempati, kita turut merasakan gimana dalam posisi orang tersebut, sehingga kita bisa lebih memahami perasaannya, keadaannya, dan hal tersebut akan membuat kita lebih peduli.
Dengan hilangnya rasa empati tersebut, kita jadi cuek, tidak peduli keadaan orang lain, dan jadi mementingkan diri sendiri, sehingga kita bisa dengan bebas melakukan perbuatan yang merugikan orang lain.

Sering ga kalian membaca komentar-komentar dalam berita baik di detik maupun kompas online? Pasti hampir semuanya berkomentar negatif terhadap suatu penderitaan.
Kuingat jelas saat membaca komentar berita tentang sukhoi. Ada yang komen "ih, anak 8 SD udah bisa main BB dan bikin status "ayah dimana?"" saat diberitakan bahwa anak korban sukhoi kehilangan ayahnya, ada pula yang komen "ah, polisi sih tukang korup. Kalo biaya besar untuk tes dna aja digembar-gemborin, kalo korup diam aja" saat ada berita yang menjelaskan besarnya biaya untuk tes dna.
Padahal khan maksud berita itu adalah untuk transparasi. Penggunaan uang kalau tidak transparan juga salah..

Ckckck memang saat ini bangsa indonesia sudah susah membedakan mana yang benar dan salah. Semuanya dilihat dari sudut negatif. Coba kalau mereka lebih berempati merasakan perasaan para korban, pasti mereka akan berkomentar lebih baik.

Sepertinya kehilangan empati itu karena mereka pun sudah lelah dengan keadaan di Indonesia yang makin ga jelas. Para petinggi negara juga udah jarang yang amanah, dan mereka pun menjadi orang yang pesimis dalam menjalani hidup.

Ayo bangsa Indonesia, bangkitlah! Wujudkan kembali rasa empati dan peduli di hati kalian masing-masing. Tumbuhkan kembali keramahan dan adat ketimuran masyarakat Indonesia.
Tetaplah optimis, untuk menuju Indonesia lebih baik.
Kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi???

Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bangkit di BlogCamp

9 komentar:

Shohibul Kontes Indonesia Bangkit said...

Saya telah membaca dengan seksama artikel diatas.
Akan segera saya daftar
Terima kasih atas partisipasi sahabat
Salam hangat dari Surabaya

Anak Rantau said...

Betul sekali, rasa empati, rasa gotong royong dalam masyarakat kita sudah mulai pudar..

Nurmayanti Zain said...

apa-apa sudah bernilai negatif (-_-') jadi tidak bisa memandang dari sudut pandang yang benar, huhuhu.

Della said...

Aku juga lagi mengasah empatiku lagi nih, Nia. TFS ya ;)

Mugniar said...

Dah banyak orang nggak ngeh apa itu empati.
Moga sukses yah kontesnya mbak :)

Mugniar said...

Dah banyak orang nggak ngeh apa itu empati.
Moga sukses yah kontesnya mbak :)

Lidya Fitrian said...

terlalu kaku ya masa iya harus mencari tempat duduk di tempat priotitas. kemana juga para lelaki apa tidak ada yg mau memberi tempat

obat penyakit jantung bocor alami said...

percuma aja ya ada larangan merokok juga kalo gak sadar sendiri mh ttep aja ngeroko di tempat umum,,,huh

Nia Angga said...

all: yahh begitulah hidup di kota besar. rasa empati udah mulai hilang. meski masih banyak orang baik juga sih