Book Review : The Heart Inside The Heart

Tuesday 11 October 2011
Judul Buku : The heart inside the heart (Susahnya menyatukan dua hati)
Apa yang perlu diketahui wanita sebelum menikah,
selingkuh, atau bercerai
Penulis : Alexandra Dewi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2009
Harga : Rp 35.000


Review :

Seperti judulnya, buku ini membahas sesuatu yang harus diketahui oleh wanita yang sedang mempersiapkan pernikahan, ingin menikah, sedang menjalani pernikahan, sedang selingkuh, or bahkan ingin bercerai..
Meski judulnya tentang wanita, tapi it’s ok koq dibaca ama para pria..

Penulis, Alexandra Dewi, memiliki gaya bahasa yang mengalir, dan buku ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi or pengalaman orang-orang di sekitar dia yang sengaja dirangkum sehingga tercipta buku ini. Oleh karena itu, aku senang membaca buku ini karena tokohnya real meski namanya disamarkan untuk melindungi privacy.

Saat ditanya seseorang, apakah pernikahanmu bahagia? Tentu beragam jawaban yang akan diterima. Ada yang dengan lantang bilang “ya, saya bahagia”, tidak sedikit yang bingung, defensive, atau bahkan menyangkal kalo pernikahan mereka ADA masalah.
Pengalaman itu yang dirasakan oleh Alexandra Dewi sebelum diterbitkannya buku ini. Saat ditanya seseorang “are you happily married?” biasanya dia suka bingung, tidak enak hati kalo hanya menjawab “yes, I’m happily married”. Karena menurut dia rasanya bohong benar kalau setiap hari, setiap menit, dan every waking moment, dia merasa happily married. Tapi di sisi lain, dia sangat mencintai suaminya dan bersyukur memiliki suami yang sangat mencintai dan masih mendampinginya hingga saat ini. So, kalo ada yang nanya “Are you happily married?” dia akan jawab “well, it’s depends.. some days are good, some days are bad.. Tapi setelah menulis buku ini, kalo ditanya “are you happily married?” dia akan mantap menjawab “yes, we are working it on everyday” duh, indahnyaa

Buku ini mengajak kita memahami pasangan dengan cara empati terhadap pasangan. Dalam setiap permasalahan yang dibahas, kadang Alexandra tidak menceritakan suatu solusi, dia hanya menyarankan supaya kita memposisikan diri sebagai pasangan kita. Dengan adanya empati itu, biasanya akan muncul solusi dari diri masing-masing what should be done at the time..



Saat menikah, “saya” sudah tidak ada lagi, dan berubah menjadi “kita”. Alexandra Dewi menyarankan agar semua istri bisa menjadi seorang Alpha Juliet, yaitu image seorang wanita yang cool, collected, calm, and together walau sedang jatuh cinta. Alpha Juliet mengerti bahwa kehidupan penuh dinamika. Alpha Juliet adalah seorang yang bijaksana, smart, dan pandai bukan hanya karena buku atau sekolah, tapi dia bisa “street smart”. Alpha Juliet tahu dengan jelas mana yang benar dan mana yang salah. Namun, dia pun tahu soal kapan atau siapa yang boleh benar atau salah, tidak masalah. Unik. Susah memang, tapi itu penting dilakukan supaya pernikahan kita dengan pria yang kita cintai tidak hanya awet, tapi langgeng dan lebih banyak bahagia daripada tidak bahagianya.
Sebagai seorang istri yang baik, kita harus bisa menempatkan mana prioritas kita, dan komitmen terhadap itu. Meski seorang wanita harus bisa multitasking, namun seorang Alpha Juliet adalah seorang yang balanced dan prioritasnya lurus. Dia tidak membuat seluruh hidupnya sebagai karir tok. Dia percaya keluarga datang lebih dulu daripada bisnis. Dan, dia tidak cemburu akan apa yang orang lain punya atau lakukan.

Sebagai suami – istri, kita harus bisa menjadi team player yang kuat. Dan meski udah menikahpun, tidak diharamkan memiliki privacy. Namun demikian, jangan sampai privacy itu disalahgunakan untuk menutupi perselingkuhan.
Buku ini juga membicarakan tentang pengaturan keuangan dalam pernikahan. Alexandra Dewi memberikan pandangan pribadinya tentang perjanjian pranikah dan joint account.

Di buku ini Alexandra Dewi juga mengisahkan ada seorang istri yang mau menemani suaminya mencoba bisnis baru, meski saat itu mereka dalam posisi keuangan yang bagus. Akibatnya, mereka hidup seadanya saat awal mencoba bisnis itu.. Meskipun akhirnya sang suami berhasil dalam bisnis itu, namun pernikahan mereka memiliki arti yang lebih. Sang istri bilang bahwa kita dapat membentuk seorang suami yang kaya, asalkan kita memberikan dukungan moral ke dia tinimbang kita meninggalkan suami saat dalam posisi financial terendah untuk mencari lelaki lain yang lebih kaya. Sebaliknya, sang suami tambah respek terhadap istrinya yang mau menemani dia dalam suka dan duka, saat miskin ataupun kaya..
Ingat, cobaan tertinggi istri adalah saat berada di bawah, dan cobaan tertinggi suami adalah saat berada di atas (secara finansial tentunya).

Alexandra Dewi juga membahas tentang kehidupan sex dalam pernikahan, dan mengemukakan supaya kita realistis. Jangan berharap mobil bisa terbang kecuali dalam film-film. Apalagi manusia… Nobody Perfect Non!! Jangan sampai kita memaksa suami-suami kita atau istri-istri kita berubah menjadi seseorang yang sesuai dengan keinginan kita.. Kita harus banyak memberikan toleransi kepada mereka. Toh, kalo kita dipaksa untuk menjadi orang lain, kita juga pasti akan berontak bukan??

Satu hal yang selalu aku camkan ke diri sendiri dan juga temen-temenku yang udah nikah, “Tak selama rumput tetangga itu lebih hijau” (jadi inget iklan rokok)
Saat kita melihat pria or wanita lain yang kita anggap dewasa dan mapan, ingatlah kalau mereka menjadi seperti itu karena sebuah proses. Proses itu tentunya melibatkan dan didukung orang-orang yang ada di belakang mereka seperti istri dan anak mereka. Kalau kita bertemu dengan mereka saat sebelum menikah, belum tentu mereka sedewasa, secharming, seoke or sesuai dengan yang kita dambakan. Jangan pernah menyesal dengan keputusan yang telah kita ambil, dan bermain api dengan orang lain..

Namun, kenyataan kadang tidak seindah seperti yang kita inginkan dan bayangkan. Tidak sedikit juga, pasangan-pasangan yang menemukan kebahagiaan dalam pernikahannya yang kedua atau selanjutnya. Yang terpenting adalah kita Do the Best, dan kalau kita sudah melakukan itu semua dan tetap not working, LIG (Let It GO!!)..
Karena kalau kita sudah melakukan yang terbaik, kita tidak akan menyesal tentang apa yang akan terjadi, karena bagaimanapun juga manusia hanya bisa berusaha, namun Allah yang menentukan.

Buku ini memang menceritakan tentang petuah-petuah dalam pernikahan tanpa ada bahasa menggurui, tapi Alexandra Dewi tidak membahas secara detail suatu permasalah berikut pemecahannya, karena dia [hanya] menceritakan contoh-contoh dalam kehidupan pernikahan dia atau teman-temannya serta memberikan pandangannya. Namun demikian, kita akan banyak mendapatkan pelajaran yang sangat berharga setelah membaca buku ini. Dan karena diceritakan dengan gaya bertutur yang ok, dijamin ga ada bosen deh bacanya meski ada beberapa bagian yang menurutku penjabarannya terlalu panjang :)

Artikel ini diikutsertakan pada Book Review Contest di BlogCamp

2 komentar:

puteriamirillis said...

ah keren ini nia, pinjem dong. sukses ya di contesnya pakdhe ini

Pakde Cholik said...

Saya telah membaca dengan cermat artikel sahabat.
Saya catat sebagai peserta
Terima kasih atas partisipasi sahabat
Salam hangat dari Surabaya